MENGGAPAI MIMPI PUTRA PELOSOK NEGERI
Hari ini, tepat tanggal 09 November 2016 saya disibukkan dengan mencari baju kebesaran pejuang kemerdekaan. Salah satu sekolah di Surabaya dimana saya mengabdi esok akan memperingati hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia. Baju kebesaran pejuang tersebut akan kami kenakan sebagai bentuk penghormatan yang luhur terhadap mereka yang telah rela memberikan jiwa raganya untuk ibu pertiwi. Perjuangan mereka memberikan kemerdekan kepada seluruh rakyat ini sangat tak ternilai harganya, tanpa disadari diri ini tak mampu berbuat apa-apa dibandingkan jasa-jasa mereka. Peristiwa ini selalu mendorong saya untuk terus berjuang, meskipun tidak harus lagi mengangkat senjata. 10 November selalu menjadi moment istimewa bagi saya pribadi. Nuansa hari pahlawan seolah membawa saya kembali pada kisah 3 tahun silam. Kisah yang tidak pernah sedikitpun terbayang dalam benak hati, saya akan mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T). Sedikit ragu, sedikit takut, sedikit cemas, mendengar kisah kakak tingkat yang sebelumnya telah mengikuti program ini. Terbayang jelas nasib kita disana akan serba sederhana bahkan sangat kekurangan. Kebiasaan serba ada yang kita rasakan disini tidak akan kita jumpai disana. Tidak ada listrik, susah air, tinggal di tempat serba minim dan pas pasan, inilah yang akan kita rasakan selama setahun disana. Sejak saat itu saya yakinkan diri sendiri bersama keluarga kalau perogram ini adalah program kmanusian yang wajib saya ikuti sebagai alumni sarjana pendidikan dalam membangun generasi emas bangsa ini. Tak ada kata ragu lagi, tak ada kata cemas lagi, tak ada kata takut. Bagi saya langkah ini yang akan menjadikan peribadi yang lebih bermanfaat bagi sesama, dibandingkan saya harus diam disini. Berbekal semangat, saya melaju, merangkul anak anak tertinggal yang jauh dari jangkauan pendidikan.
Universitas Negeri Surabaya telah mengirimkan saya ke tanah Papua tepatnya di kabupaten Mamberamo Tengah untuk melaksanakan tugas negara ini. Sejumlah asa, asih dan asuh telah menggumal mengental dalam diri tak segan untuk segera merangkul mereka. Setibanya di tempat tugas, terbayang jelas kalau murid murid kami adalah impian bangsa yang harus menjadi nyata.
"ACU YIKWA" dia adalah salah satu murid kami yang telah bermimpi untuk bisa melanjutkan studi di jawa. Berawal dari curahan hati kecilnya yang berkeinginan kuliah di Program Studi Pendidikan Olahraga kini ia telah bertekat untuk membangunnya. Mimpi yang ia dambakan ternyata telah menjadi nyata, Mahasiswa S-1 Pendidkan OLahraga Universitas Negeri Surabaya ini adalah murid kami di SMA Negeri Kelila, tak jarang ia bercerita kepada kami "pak guru, saya ingin ikut pak guru ke jawa, saya ingin sekolah disana" kalimat itu yang sering ia adukan kepada kami. Acu adalah salah satu dari 3 orang siswa yang tinggal satu rumah dengan kami saat kami bertugas 3 tahun lalu. Banyak aktivitas yang mereka lakukan hanya ingin melihat kami bisa total mengajar mereka. Tak jarang ia membawakan kami kayu bakar untuk keperluan kami memasak. Dalam benak kami hanya tersimpan segunung doa buat mereka untuk karir mereka kedepan, kami tidak menyuruhnya, kami tidak memintanya namun mereka rela berkorban buat kami. singkat cerita peroses kehidupan telah dilalui bersama mereka, mulai dari makan, tidur, mandi, cuci piring, bermain dan belajarpun kami lakukan bersama. diakhir statusnya ia sebagai siswa kelas 3 nampaknya ia sudah gelisah. ia memikirkan mau kemana langkah berikutnya. kamipun tak tinggal diam, sejumlah informasi beasiwa kami berusaha mendapatkannya dari internet, meskipun hanya satu bulan sekali kami baru bisa mengaksesnya di Wamena. Sesuai harapan ternyata ada beasiswa afirmasi dan bidik misi untuk mereka. Kamipun harus segera kembali ketempat tugas memberikan info ini secepatnya kepada mereka. Namun perjuangan kami tidaklah semulus yang kami harapkan. kami harus melewati sejumlah birokrasi dari pemerintah daerah supaya murid kami bisa mendapatkan rekomendasi dan terdaftar sebagai calon penerima beasiswa tersebut, sempat kami putus asa karena tanggapan pemerintah daerah sangat dingin dengan informasi beasiswa ini, seakan enggan untuk memperjuangkan nasib murid-murid kami. Dan pada akhirnya kekhawatiran itu telah terjadi, pemerintah daerah telah terlambat mendaftarkan murid kami sebagai calon penerima beasiswa afirmasi. Hati ini hanya bisa berucap sabarrr...sabarr..sabarr. Kamipun tak putus asa untuk dapat memperjuangkan nasib mereka kedepan. Kami tulis surat singkat yang berisi tentang informasi beasiswa tersebut untuk bupati saat itu, surat yang kami tulis hanya ingin memperjuangkan mereka supaya mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengikuti seleksi calon penerima beasiswa afirmasi. Sangat miris hati ini, setelah mendengarkan secara langsung dari salah satu pegawai pemda, ternya pemerintah daerah sengaja memendam kami untuk tidak dapat mengirimkan murid kami mendapatkan beasiswa ini. Informasi ini telah dimonopili supaya kesempatan mendapatkan beasiswa ini hanya untuk anak seorang pejabat bukanlah anak kampung yang telah tinggal disekolah sama kami.
Pada waktu yang pas, tidak disangka ternyata bupati datang ke tempat kami (Kelila). Surat yang telah ditulis tadi masih ada di tangan kami dan siap untuk serahkan kepada Bupati, namun bukan kami yang menyerahkannya langsung. Acu dan kawan-kawan yang kami suruh untuk memberikan surat itu langsung kepada bupati. saat Acu dkk menyerahkan surat tersebut, dengan nada semangat Acu berucap langsung kepada sang Bupati "Bapak, kami ingin melanjutkan sekolah dan mendapatkan beasiswa". Sungguh Tuhan Maha Mendengar, tidak lama dari hari itu ternyata doa kami dikabulkan, kami disuruh Dinas Pendidikan kabupaten untuk mempersiaokan 10 murid kami mengikuti tes seleksi calon penerima beasiswa afirmasi di Jayapura. Hari itu dewi fortuna belum bersama kita, hasilnya hanya 3 orang saja yang lolos mendapat beasiwa tersebut dan dikuliahkan di luar Papua, sebut saja diantaranya adalah Linus, Elisabet dan Minus. Sedihnya ternyata Acu Yikwa dan 6 teman lainnya tidak lolos. Di dalam hati hanya bisa berucap sabar kembali. Acu bercerita kembali kepada kami, ia berkata hal yang sama, "pak guru saya ingin kuliah di Jawa" dari keinginannya yang sangat besar itu, kamipun semangat berusaha mencarikan informasi tes masuk perguruan tinggi yang masih membuka pendaftarannya. Alhamdulillah ternyata Universitas Negeri Surabaya, LPTK yang mengirimkan kami ke daerah Papua masih membuka pendaftaran calon mahasiswa baru pada jalur seleksi mandiri dengan beasiswa Bidik Misi. kami mencoba mendaftarkan Acu di sana. dan alhamdulillah mimpi kecil Acu Yikwa ternyata dikabulkan oleh Tuhan yang maha kuasa, usai tes dan diumumkan bahwa ia telah diterima di Universitas Negeri Surabaya. Dan sampai saat ini ia juga sedang menjalankan studinya.
SEMANGAT ANAK KU, SEMANGAT ANAK KU, semoga sukses sampai akhir hayat..aamiin
Surabaya, 09 November 2016
Oleh : Noval Abdillah, S.Pd., Gr.
2 comments